AMPANA, Kabar Selebes – Industri pariwisata di Indonesia mengalami sedikit gejolak akibat konflik di Timur Tengah. Namun, anomali justru terlihat di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Pada tahun 2025, angka kunjungan wisatawan mancanegara ke objek wisata bahari ini melonjak drastis, jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Musim ramai atau high season di Togean, yang berlangsung sejak Juni hingga akhir Agustus, terus dipenuhi kedatangan turis asing. Bahkan, beberapa wisatawan tidak mendapatkan fasilitas akomodasi yang memadai, sehingga harus dialihkan ke homestay bahkan ke rumah-rumah penduduk.
General Manager (GM) Black Marlin Kadidiri, Ais Harun Adam, menyampaikan rasa syukurnya atas peningkatan kunjungan ini. “Kami sangat bersyukur dengan meningkatnya kunjungan turis asing ke Togean. Tempat kami tidak bisa menampung para wisatawan karena keterbatasan akomodasi, jadi kami alihkan ke homestay,” ungkapnya, Jumat (22/8/2025).
Di sisi lain, Ais Harun Adam juga menyoroti kendala utama, yaitu sarana transportasi jalur laut yang kadang menjadi hambatan. Meskipun ada beberapa kapal yang beroperasi, hal ini masih menjadi tantangan bagi para pengelola wisata.
Senada dengan itu, Elisabeth Yusuf, pemilik Kadidiri Paradise, mengatakan bahwa kunjungan tahun ini jauh lebih ramai dibandingkan tahun lalu. “Kunjungan itu baru dimulai Juli akhir 2025, tapi di akhir bulan Agustus mulai menurun. Mungkin ini akibat dampak dari perang regional,” ujarnya.
Elisbeth menegaskan, kendala utama di Togean adalah transportasi jalur Ampana-Togean dan antar pulau. Ia berharap pemerintah dapat menyediakan transportasi udara, setidaknya selama high season dari Juni hingga Agustus.
“Transportasi publik itu menjadi hal utama bagi kami pelaku usaha pariwisata di Togean. Saya berharap ke depannya ada kerja sama pihak perusahaan penerbangan dengan Pemerintah Daerah, walaupun hanya saat high season,” harapnya.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa semua akomodasi di Togean penuh. Kondisi ini diharapkan dapat berlanjut, dan yang paling penting, kata Elisabeth, adalah kesadaran wisata untuk menjaga Togean tetap ramah lingkungan dengan mengurangi sampah plastik.
Dengan terus meningkatnya kunjungan, diharapkan akan memberikan dampak ekonomi signifikan dan mendorong masyarakat lokal untuk membangun lebih banyak resort di Togean.(shl)