– Jika tidak ada aralĀ melintang penobatan rajaTolitoli kepada Moh Saleh Bantilan yang dilakukan prosesi secara adat, akan dihelat pada 10 Desember 2017 mendatang akan dihadiri 22 perwakilan raja.
Pernyataan tersebut sampaikan langsung Ketua panitia penobatan raja Tolitoli, Iskandar A Nasir di hadapan para jurnalis baik cetak maupun elektronik saat melakukan konfrensi pers terkait persiapan pada puncak penobatan melalui prosesi adat Tolitoli atau dalam bahasa Tolitoli lebih dikenal dengan Matanggauk dimana sejumlah prosesi ini akan dilakukan selama 5 hari serta pada acara puncaknya akan dihelat pada 10 Desember 2017, menjelang sehari HUT Kabupaten Tolitoli yang ke-57.
“Penobatan bagi raja Tolitoli sudah yang kedua kalinya dimana pada penobatan pertama dilakukan pada tahun 1951 sera penobatan yang kedua kalinya kami lakukan tahun ini,”ungkap Iskandar Nasir .Senin (4/12/2017).
Mantan Sekab Tolitoli itu menambahkan, adapun prosesi penobatan Raja Tolitoli mulai dari Monoeng, Dajat, Manimba air, serta Mamalino yang mana pada prosesi penobatan raja Tolitoli tersebut, sudah dirembuk dan mendapat restu dari para petuah adat di daerah ini.
“Untuk anggaran dari penobatan raja Tolitoli ini menghabiskan dana mencapai Rp 300 juta dimana dana tersebut merupakan sumbangsi dari masyarakat,”tukasnya.
Sementara itu di tempat yang sama, pangeran Mujidin Bantilan menjelaskan, pasca wafatnya Raja Tolitoli H Anwar Bantilan pada 21 Mei 2017 lalu, penggantiannya sudah di diputuskan sejak 3 tahun lalu dimana pada saat itu Raja Tolitoli menulis surat wasiat kepada putranya yang kini menjabat Bupati Tolitoli Moh Saleh Bantilan untuk menjadi penggantinya kelak ketika beliau meninggal dunia.
“Jadi prosesi yang kami lakukan ini semata-mata berdasarkan surat wasiat yang kami dapatkan dari Raja Tolitoli sebelumnya,”jelas Mujidin Bantilan.
Dirinya berharap dengan digelarnya momen pesta budaya akbar penobatan raja Tolitoli dapat menjaga dan melestarikan budaya Tolitoli yang nyaris punah serta menjadi semangat bagi para generasi muda di Kabupaten Tolitoli untuk lebih mempertahankan budaya yang menjadi ciri khas yang ada disetiap daerah.(MOH. SABRAN)