Tutup
Lifestyle

Air Mata Aisyah, Lebih Sedih Kisah di Balik Layar Dibanding Cerita Filmnya

1235
×

Air Mata Aisyah, Lebih Sedih Kisah di Balik Layar Dibanding Cerita Filmnya

Sebarkan artikel ini
Tiga pemeran film Air Mata Aisyah saat Meet and Greet di Palu Grand Mall Minggu (18/2/2018).(Foto:Abdee Mari)
Air Mata Aisyah-2
Tiga pemeran film Air Mata Aisyah saat Meet and Greet di Palu Grand Mall Minggu (18/2/2018).(Foto:Abdee Mari)

PALU, Kabar Selebes – Sineas Kota Palu kini dihebohkan oleh munculnya sebuah film bergenre lokal yang ternyata bisa menembus layar bioskop se kelas XXI.

Yang membuatnya menjadi pembicaraan adalah, film ber-budget minim bahkan dengan kualitas yang juga belum sepenuhnya sesuai dengan standar XXI ini, berhasil menyedot perhatian banyak masyarakat, bahkan hingga pemerintah daerah.

Advertising

Film itu berjudul Air Mata Aisyah diproduksi oleh Celebest Entertainment disutradarai oleh wanita muda berbakat bernama Nur Afni Eka.

Film ini sepenuhnya diproduksi di Palu dan juga menggunakan talent lokal yang sama sekali belum punya nama besar. Bagaimana tidak, film minim budget ini bahkan mengambil setting lokasi di salah satu tempat di wilayah Kecamatan Mantikulore dengan cerita yang sangat sederhana.

Air Mata Aisyah-1
Sekretaris Provinsi Sulteng Hidayat Lamakarate, Direktur Operasional Palu Grand Mall Ronny Hasan berpose bersama sutradara dan pemain film Air Mata Aisyah saat Meet and Greet Minggu (18/2/2018).(Foto:abdee Mari)

Dengan judul Air Mata Aisyah, tentu film ini memiliki cerita yang sedih dan berderai air mata dari menit pertama hingga akhir cerita. Namun, yang membuat sangat sedih justru bukan cerita yang ditulis oleh Nur Afni Eka, tetapi cerita di balik produksi film ini.

KabarSelebes.id mendapatkan sepenggal cerita sedih di balik layer sebelum, saat hingga pasca produksi film yang dibintangi oleh  W. Alia, Riska Tsania, Sri Wahyuni, Afas bin, Fitri Ayu.

“Kami harus berjuang untuk meminjam sejumlah peralatan termasuk kamera yang akan kami gunakan untuk syuting. Kadang saat sedang syuting pemilik kamera tiba-tiba menghubungi dan mengatakan kameranya akan dia gunakan,” cerita Nur Afni Eka saat Meet and Greet di Atrium Palu Grand Mall (PGM) Minggu (18/2/2018).

Bukan hanya itu, karena produksi film ini benar-benar tanpa modal, terkadang mereka harus berkorban menembus cuaca jika sedang hujan untuk menyelesaikan produksi filmnya sebelum kamera pinjaman digunakan pemiliknya.

“Alhamdulillah, dari perjuangan  itu maka film ini selesai,” lanjut  Afni.

Air Mata Aisyah-3
Nur Afni Eka (kanan) sutradara film Air Mata Aisyah.(Foto:Abdee Mari)

Namun perjuangan film ini tidak saja berakhir hingga selesai proses editing. Karena kru film ini hanya beberapa orang saja, yakni sutradara, kameramen dan editor, maka dibutuhkan tenaga lain agar film ini ditonton banyak orang. Sasaran satu-satunya adalah berjuang untuk masuk ke layar bioskop.

Bermodalkan kenalan, Nur Afni Eka lalu mencoba peruntungan dengan mendatangi sejumlah pihak termasuk sponsor agar filmnya menembus bioskop XXI. Lobi-lobi ke pihak pemerintah dan pihak lain dilakukan.

Beruntungnya, Nur Afni Eka bertemu dengan pihak Palu Grand Mall dalam hal ini Direktur Utama PGM Karman Karim dan Direktur Operasional Ronny Hasan. Ditambah dukungan pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah pihak PGM mencoba melobi managemen XXI.

Sayangnya, XXI memiliki syarat yang ketat untuk menayangkan film-film di layarnya. Dengan beberapa alasan yang diberikan oleh pihak PGM kepada managemen XXI akhirnya film Air Mata Aisyah bisa diputar di bioskop bergengsi ini.

“Inilah karya murni anak Palu yang berhasil menembus layar bioskop XXI. Banyak yang bisa bikin film namun karya film Air Mata Aisyah ini yang bisa tayang di XXI,” kata Ronny Hasan.

Sementara itu, Sekretaris Provinsi Sulawesi Tengah Hidayat Lamakarate berharap film ini bisa menjadi penyemangat sineas lokal untuk berkarya.

“Jika saat memproduksi film Air Mata Aisyah para krunya hanya menggunakan peralatan pinjaman, maka kami menjamin setelah ini kami akan memikirkan agar mereka memiliki perlatan sendiri dengan standar yang memadai,” kata Hidayat.

Film bergendre drama keluarga ini menceritakan seorang anak berusia kelas VI SD bersama ibunya, yang hidup dalam kekurangan dan terpaksa berusaha untuk terus semangat. Ibunya yang sedang berjuang dengan penyakitnya. Aisyah kehilangan ayahnya karena telah meninggal dunia. Aisyah memiliki karakter yang seorang anak yang kuat sehingga saat ia bersedih, berusaha untuk menutupinya.

“Karakternya Aisyah ini kuat, kalau dia sedang sedih dia justru sembunyi, dia tidak mau memperlihatkan pada ibunya yang sakit-sakitan, dia memperlihatkan dia itu kuat, walaupun dalam cerita itu dia masih anak usia SD,” jelas Nur Afni.

Air Mata Aisyah sendiri akan tayang di bioskop XXI Palu pada tanggal 22 Februari 2018. Hingga hari minggu, tiket untuk premiere sudah laku terjual.(ABD)

Silakan komentar Anda Disini….