PALU, Kabar Selebes – Perpustakaan nasional akhir tahun 2019 merilis hasil penelitian minat literasi seluruh wilayah di Indonesia. Hasilnya, daerah sulawesi Tengah berada diurutan juru kunci, dengan hanya memiliki persentase 42,39% untuk minat kegemaran membaca. Secara rinci persentasa tersebut merujuk variabel minat warga membaca buku dan kunjungan dalam seminggu ke perpustakaan.
Tim KabarSelebes.ID beberapa waktu lalu menghubungi dinas Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi daerah Sulteng, sebagai salah satu dinas yang punya tanggung jawab penting untuk pemenuhan literasi masyarakat.
Badan perpustakaan dan Arsip daerah mengaku sedang gencarnya menyodorkan inovasi baru untuk mengembangkan minat literasi masyarakat.
Kepala Dinas BPA3D SULTENG Ardiansyah Lamasitudju kepada kabarselebes.id mengungkapkan, Program saat ini yang tengah digalakkan ialah Transformasi Berbasis Inklusi sosial. Dengan program tersebut, pihak perpustakaan daerah kini turun ke desa-desa untuk mengembangkan minat literasi masyarakat.
Ardiansyah menyatakan, dulu perpustakaan hanyalah buku-buku yang hanya didatangi kaum cendekiawan, para pelajar, mahasiswa. “Tapi sekarang kita sudah memperluas jaringan, dengan cara membawa buku ke kampung-kampung,” katanya baru-baru ini.
Menggalakan literasi sampai ke pelosok desa di Sulawesi Tengah kata dia, dilakukan dengan dengan membuka taman-taman baca bagi masyarakat. Hal ini dikembangkan sesuai dengan semboyan Perpustakaan daerah yakni “Literasi Untuk Kesejahteraan Bangsa”
Demikian pihak Badan perpustakaan dan Arsip daerah, telah membangun beberapa perpustakaan bersama desa binaan. Di perpustakaan tersebut Ardianyash mengatakan masyarakat tidak hanya diajak untuk membaca buku, tetapi bisa untuk melatih keterampilan.
“Guna menunjang hal tersebut maka diundanglah pelatih yang berkompeten di bidangnya,” lanjut Ardiansyah menambahkan.
Sementara kata dia, ada 6 Kabupaten di Sulawesi Tengah yang telah menjadi desa binaan. Ia menunjukan salah satunya di Desa Kabobona Kabupaten Sigi. Di desa tersebut katanya, telah dibangun perpustakaan serta perkumpulan bagi masyarakat untuk membuat tanaman hidroponik.
Melalui program ini lanjutnya, tak disangsikan masyarakat mendapatkan pemasukan dengan menjual hasil tanamannya di supermarket yang tersebar di Sulawesi Tengah.
“Hal inilah yang harus digalakkan pentingnya Perpustakaan sebagai sentral Informasi, sebagai sentral pendidikan latihan dan rekreasi. Kesuksesan program yang dicanangkan dari tahun 2019 ini telah sukses menghadirkan ribuan pemustaka di seluruh Sulawesi Tengah,” kata Ardiansyah.
Tak hanya itu, sebagai perpanjangan tangan dari pihak perpustakaan, Ardiansyah telah menobatkan seorang Duta baca. Melalui duta baca kata dia, salah satu topik pokok kegiatannya ialah untuk memberi pencerahan literasi kepada masyarakat untuk menangkis informasi Hoax yang sering beredar.
Selain itu juga telah bekerja sama dengan kementerian desa untuk mengembangkan literasi ke pedesaan. Hal ini diwujudkan melalui dana desa dari pemerintah.
“Jadi sekarang tidak ada lagi kepala desa yang canggung-canggung untuk mengeluarkan dana untuk membangun perpustakaan,” tandasnya.(abd/ap)
Laporan : Adi Pranata