Tutup
Sulawesi Tengah

Ngaji Ekologi di Huntap Mamboro: Menghubungkan Islam dan Kesadaran Lingkungan di Kota Palu

17
×

Ngaji Ekologi di Huntap Mamboro: Menghubungkan Islam dan Kesadaran Lingkungan di Kota Palu

Sebarkan artikel ini
Ngaji ekologi di Huntap Mamboro

PALU, Kabar Selebes – Kota Palu kembali menjadi saksi pertemuan penuh makna dalam kegiatan bertajuk Ngaji Ekologi yang digelar di Hunian Tetap (Huntap) Mandiri Mamboro. Acara ini berfokus pada kajian ajaran Islam tentang perlindungan lingkungan dan dihadiri oleh warga Huntap Mandiri Kelurahan Mamboro Induk, Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Muhammadiyah Palu, mahasiswa, jurnalis, serta pegiat lingkungan.

Sekretaris Muhammadiyah Kota Palu, Abdul Hanif, menegaskan bahwa Islam sebagai agama yang sempurna mengatur setiap aspek kehidupan, termasuk lingkungan. Ia mengutip Surah Al-Maidah ayat 3 yang menegaskan kesempurnaan Islam dalam segala aspek kehidupan, termasuk etika makan dan menjaga keseimbangan alam.

“Sebagai agama yang sempurna, Islam tentu mengajarkan soal lingkungan. Dalam Surah Ar-Rum ayat 41 juga disebutkan bahwa kerusakan di darat dan laut terjadi karena ulah manusia. Ini seharusnya menjadi pelajaran agar kita sadar dan kembali ke jalan yang benar,” ujarnya.

Hanif juga mengaitkan bencana alam yang terjadi di Palu pada 2018 sebagai refleksi atas pentingnya menjaga lingkungan. Menurutnya, upaya seperti menanam mangrove dan menjaga ekosistem pesisir dapat meminimalisir dampak buruk dari bencana alam, termasuk tsunami.

Persoalan Sampah Makanan di Kota Palu

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Ibnu Mundzir, dalam pemaparannya mengajak peserta untuk melihat konsep puasa dari perspektif ekologis.

“Puasa tidak hanya soal menahan makan dan minum, tapi juga melatih diri untuk tidak serakah dan bijak dalam mengelola sumber daya. Rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati makanan, bahkan ada doa ketika memetik dan memakan buah. Ini menunjukkan betapa Islam sangat peduli pada lingkungan,” jelasnya.

Ia juga menyoroti persoalan sampah makanan di Kota Palu yang mendominasi timbulan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Menurutnya, pemborosan makanan merupakan persoalan serius yang harus segera ditangani.

“Mubazir makanan itu persoalan serius. Muslim mestinya memahami bahwa makanan yang bersumber dari tanaman dan dikonsumsi bisa menjadi sedekah. Seharusnya ini menumbuhkan kesadaran untuk tidak menyia-nyiakan makanan,” tambahnya.

Ibnu juga mengingatkan bahwa Rasulullah pernah berpesan kepada tentara Muslim yang hendak berperang untuk tidak menebang pohon sembarangan, mencemari air, dan menyia-nyiakan makanan. Hal ini, menurutnya, bisa menjadi pijakan dalam membangun kota yang lebih berkelanjutan. Dalam kesempatan ini, ia juga menggagas konsep Hijrah City, sebuah gerakan berbasis ajaran Islam untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik.

Peran Muslim dalam Perlindungan Lingkungan

Sebagai umat mayoritas, Muslim dinilai memiliki peran besar dalam upaya pelestarian lingkungan. Namun, menurut Basri Marzuki, jurnalis rindang.ID yang menjadi salah satu pembicara, literasi mengenai perlindungan lingkungan dalam perspektif Islam masih kurang didakwahkan.

“Ajaran Islam tentang lingkungan itu jelas ada, tetapi perspektif ini masih kurang dibahas di ruang publik. Harus ada upaya lebih besar agar kesadaran ekologis berbasis ajaran Islam ini semakin meluas,” katanya.

Jurnalis lainnya, Yardin Hasan, menilai peran masjid sebagai pusat kajian dan informasi mesti lebih didorong, terutama dalam menyikapi persoalan lingkungan di Kota Palu.

“Masjid harus menjadi tempat umat mengkaji persoalan lingkungan dan mendorong umat untuk bertindak,” ujarnya.

Sementara itu, Yuli Kusworo dari Yayasan Arkom Indonesia menegaskan bahwa Ngaji Ekologi menjadi refleksi bagi umat Muslim untuk menghubungkan nilai-nilai agama dengan tindakan nyata dalam menjaga lingkungan.

“Islam adalah rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta. Itu berarti kita, sebagai Muslim, harus menjadi rahmat bagi bumi dan seluruh makhluk hidup di dalamnya. Bagaimana cara kita memperlakukan lingkungan adalah cerminan dari pemahaman kita terhadap ajaran Islam,” ujarnya.

Acara ini menjadi langkah awal untuk menghubungkan ajaran Islam dengan isu-isu lingkungan yang dihadapi masyarakat, khususnya di Kota Palu. Dengan perspektif bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah, diharapkan lahir kesadaran kolektif untuk lebih peduli terhadap alam.

Diskusi ini juga menegaskan bahwa spiritualitas tidak hanya soal ibadah ritual, tetapi juga mencakup ajakan untuk menjaga dan merawat bumi. Ibnu Mundzir menutup sesi dengan mengingatkan kembali sabda Rasulullah bahwa menanam pohon yang manfaatnya dirasakan oleh manusia dan hewan adalah sedekah yang akan menyelamatkan di hari kiamat.

Dengan semangat ini, para peserta berharap bahwa Ngaji Ekologi bukan sekadar diskusi, tetapi menjadi gerakan nyata dalam membangun kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai Islam. Sebab, menjaga alam adalah bagian dari menjaga iman.

Silakan komentar Anda Disini….