Tutup
Sulawesi Tengah

PT Vale Kembangkan Pertanian Organik di Lingkar Tambang Morowali, Petani Raup Untung

30
×

PT Vale Kembangkan Pertanian Organik di Lingkar Tambang Morowali, Petani Raup Untung

Sebarkan artikel ini
Jurnalis: NurlelaEditor: Abdee Mari
Rudin (49) Petani padi organik, didampingi Manager External Relation IGP Morowali, Asriani Amiruddin (tengah), Ketua Persatuan Petani SRI Organik Morowali (Pepsoli), Faisal, menunjukkan contoh perangkap hama jenis walangsangit kepada para peserta pelatihan jurnalistik yang digagas Juwita dan PT Vale, di Desa Ululere, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, Selasa (22/7/2025). FOTO : Nurlela/KabarSelebes.id

MOROWALI, Kabar Selebes – PT Vale Indonesia Tbk terus mendukung program pertanian organik di sekitar wilayah lingkar tambangnya, khususnya di Desa Ululere, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali. Para petani di desa tersebut kini mampu menghasilkan 6 hingga 7 ton gabah per hektare setiap musim panen.

“Dari 6 ton gabah, hasil bersihnya sekitar 2 ton beras. Dengan harga Rp25 ribu per kilogram, kami bisa mendapat sekitar Rp50 juta sekali panen,” kata Rudin (49), petani padi organik di Desa Ululere, Selasa (22/7/2025).

Rudin menyebut, dirinya mulai beralih ke metode pertanian organik sejak 2022 dan hasilnya terbukti menguntungkan.

“Dulu dengan cara konvensional hanya dapat 4 ton gabah per hektare. Sekarang bisa 6 sampai 7 ton dengan sistem organik,” jelasnya.

Dari sisi biaya pun lebih efisien. Bila metode konvensional membutuhkan sekitar Rp7 juta per hektare per musim, dengan metode organik cukup Rp4 juta.

“Selain lebih sehat, keuntungannya juga jauh lebih besar,” ujarnya.

Rudin menambahkan, para petani tak lagi bergantung pada pupuk kimia. Mereka memproduksi pupuk organik sendiri dari bahan-bahan alami.

“Sekarang petani tidak lagi mengeluh soal pupuk langka dan mahal. Kami buat sendiri pupuknya,” ucapnya.

Untuk pengendalian hama, petani menggunakan metode fogging dari sabut kelapa. Sementara untuk hama walangsangit, digunakan perangkap botol plastik berisi lumut atau ikan.

Ketua Persatuan Petani SRI Organik Morowali (Pepsoli), Faisal, menjelaskan, pertanian padi organik binaan PT Vale saat ini telah mencakup 11 hektare tersebar di empat desa, yakni Kolono, Bahomoahi, Ululere, dan Onepute Jaya.

“Khusus di Desa Ululere ada sekitar 6 hektare. Saat ini ada 23 petani yang sudah menjalankan pertanian padi organik,” kata Faisal.

Ia mengakui sempat ragu menerapkan metode organik karena khawatir soal pemasaran. Namun setelah PT Vale berkomitmen membeli seluruh hasil panen, petani pun mulai beralih.

“Sekarang kami justru kewalahan memenuhi permintaan. Bahkan PT Vale tidak kebagian beras organik,” ujarnya.

Faisal juga menyebut, Pepsoli telah mengantongi sertifikat organik dari lembaga sertifikasi resmi.

“Alhamdulillah kami dapat sertifikat organik pada musim keempat. Sekarang kami sudah masuk musim ke-8,” katanya.

Meski demikian, para petani kini membutuhkan mesin penggiling khusus untuk beras organik agar tidak tercampur dengan beras konvensional.

“Beras organik tidak boleh tercampur dengan konvensional. Kami berharap ke depan bisa dibantu alat penggiling khusus,” harapnya.

Manager External Relation IGP Morowali, Asriani Amiruddin, mengakui tantangan utama dalam pengembangan pertanian organik adalah pemasaran di awal, karena harga beras organik relatif tinggi.

“Awalnya PT Vale menampung seluruh hasil panen. Katering kami juga pakai beras organik dari petani binaan. Tapi masuk tahun kedua, stok malah mulai kurang,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pendampingan petani dilakukan maksimal tujuh tahun, dengan fokus utama pada budidaya di tahun pertama, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan kelembagaan.

“Pada tahun pertama, 80 persen fokusnya ke budidaya, sisanya untuk pasar. Setelah itu baru kita bentuk manajemen kelompoknya,” katanya.

Menurut Asriani, program PT Vale disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat di wilayah sekitar tambang.

“Kami tidak datang membawa program jadi, tapi melihat langsung apa kebutuhan di lapangan,” jelasnya.

Ia berharap program pertanian organik ini terus berlanjut dan memberi manfaat berkelanjutan bagi masyarakat sekitar.

“Kami ingin program ini tetap hidup dan terus berjalan, bukan hilang saat kami tidak lagi di sini,” tutupnya. (Nur)

Silakan komentar Anda Disini….