MOROWALI, Kabar Selebes– Masalah sampah tetap jadi momok di banyak tempat, termasuk di daerah tambang. Sampah mencerminkan tumpukan dan pencemaran yang sudah kebiasaan, tetapi tetap bikin prihatin. Sekitar kawasan tambang, limbah ini sering ganggu kesehatan dan bikin taraf hidup warga jadi turun.
Tapi, di balik limbah, ada harapan baru di Morowali, Sulawesi Tengah. PT Vale Indonesia Tbk turun tangan, dan bersinergi dengan pemerintah desa serta penduduk untuk merombak cara kelola sampah. Kini, yang dulu jadi bibit penyakit, berlanjut jadi bibit ekonomi dan gerakan menjaga lingkungan di masa depan.
Salah satu programnya adalah Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) di Desa Onepute Jaya, Kecamatan Bungku Timur. Proyek ini jadi model PT Vale yang tidak hanya peduli lingkungan, tetapi juga menyengat langsung ke pemberdayaan ekonomi warga lokal.
Tri Puji Nurjanah selaku ketua TPS3R Onepute Jaya menjelaskan bahwa unit pengelolaannya secara teratur menangani sampah organik dari warga, dengan rata-rata 1,5 ton per minggu, atau sekitar 5 sampai 6 ton dalam sebulan.
Dari total itu, mereka dapat memproduksi sekitar 500 sampai 600 kilogram kompos bermutu setiap bulan. Kompos tersebut dikemas dalam kantong seberat 5 kilogram dan dijual seharga Rp25.000 per bungkus. Lebih dari sekadar barang jualan, kompos yang dihasilkan sudah melalui pengujian laboratorium dan terbukti memenuhi standar yang berlaku.
“Lab sudah menguji kompos ini, dan semua hasilnya sesuai standar,” ujar Tri.
Dukungan pemerintah desa datang melalui pengadaan yang menggunakan skema Dana Bagi Hasil yang menargetkan total produksi tahunan sampai 12 ton. Sampah organik diangkut setiap hari dan segera diolah, sedangkan sampah anorganik diambil seminggu sekali lalu dijual ke pengepul lokal.
“Sampah dari rumah pelanggan sudah terpilah. Ketika sampai di TPS, kami hanya perlu memisahkan plastik pembungkus,” tambah Tri.
PS3R Onepute Jaya juga menggunakan teknologi yang sederhana tetapi efektif, seperti mesin pencacah dan budidaya maggot, untuk mempercepat penguraian bahan organik di dalamnya.
Untuk mendukung operasional, warga dikenakan iuran sesuai kategori pengguna. Rumah tangga dan rumah kos dikenakan Rp20 ribu per bulan, pedagang suplier sayur Rp100 ribu, pedagang keliling Rp40 ribu, penginapan Rp200 ribu, dan perusahaan sebesar Rp1 juta per bulan.
“Saat ini kami melayani 275 pelanggan di Desa Onepute Jaya, sedikit dari Desa Bahomotefe, dan Desa Dampala,” jelas Tri.
Model pengelolaan TPS3R ini tidak hanya mengurus sampah, namun juga membuka lapangan kerja dan mengajak warga terlibat langsung dalam kebersihan lingkungan.
“Di luar pengurus kami, ada 4 orang yang kami gaji Rp2 juta per bulan,” tambahnya.
Pendamping Teknis Waste4Change, Ridlo Fatikhudin dari PT Vale IGP Morowali, mengatakan program ini adalah bagian dari pengelolaan sampah berkelanjutan di 13 desa binaan Vale.
“Setahun pelatihan sudah kami jalani, Desa Onepute Jaya menjadisl pilot project,” tambah Ridlo.
PT Vale tidak hanya memberi pelatihan tata kelola, tetapi juga mendukung gedung dan mesin. Pemerintah desa berkontribusi lewat subsidi untuk menutupi biaya operasional harian yang belum tercukupi dari iuran.
TPS3R Onepute Jaya saat ini mendapatkan sekitar Rp6 juta per bulan dari iuran pelanggan. Sayangnya, dana ini belum cukup untuk menutup seluruh biaya operasional, terutama dalam mengelola residu sampah yang tidak bisa diolah lagi.
Biaya untuk membuang residu saja sudah mencapai Rp4 juta sampai Rp5 juta dalam sebulan. Mereka mengangkutnya sekali seminggu dengan truk sewaan yang harganya Rp1 juta per angkut.
“Pembuangan residu seharusnya jadi tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Karena armada dari DLH belum ada, kami terpaksa subsidi dari dana desa,” tutur Ridlo, pengelola TPS3R.
Ridlo berharap DLH segera turun tangan dalam pengangkutan residu. Jika beban biaya bisa berkurang, iuran pelanggan bisa dialokasikan untuk memperbaiki layanan dan pengelolaan sampah di TPS3R.
Program ini menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan kolaboratif antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat bisa memberikan solusi konkret terhadap isu lingkungan sekaligus menghadirkan manfaat ekonomi langsung bagi warga.
Langkah PT Vale dan masyarakat Onepute Jaya dalam mengelola sampah secara terpadu dan berkelanjutan membuktikan bahwa jika dikelola dengan benar, sampah bukan sekadar limbah, melainkan peluang. (Nur)