*Oleh : Muharram Nurdin
Menjelang konferda sebagai siklus konsolidasi lima tahunan PDI Perjuangan saya ingin menukilkan lima perintah Ketua Umum PDI Perjuangan. Lima perintah tersebut hendaknya menjadi pegangan setiap kader PDI Perjuangan.
Dalam sejarah politik Indonesia, nama Megawati Soekarnoputri selalu hadir sebagai sosok penting yang tidak hanya mewarisi darah seorang proklamator, tetapi juga tekad untuk menjaga api perjuangan rakyat kecil. Sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati berulang kali mengingatkan bahwa partai ini bukan sekadar kendaraan politik untuk berebut kursi, melainkan alat perjuangan ideologis. Salah satu wujudnya tampak dalam lima perintah Megawati kepada kader PDI Perjuangan yang menjadi panduan moral, ideologi, sekaligus arah gerak partai di tengah dinamika politik yang semakin kompleks.
Kelima perintah itu tidak lahir dari ruang kosong. Ia merupakan kristalisasi dari pengalaman panjang Megawati memimpin partai, mengawal demokrasi, dan menjaga warisan Bung Karno. Artikel ini akan mengulas lima perintah tersebut, mengapa ia penting, dan bagaimana relevansinya bagi perjalanan politik Indonesia ke depan.
- Pancasila Sebagai Bintang Penuntun
Perintah pertama Megawati adalah menjadikan Pancasila sebagai bintang penuntun dalam setiap kebijakan, bukan sekadar hiasan pidato. Pesan ini sederhana tetapi sangat dalam. Di era ketika banyak politisi mudah mengutip Pancasila hanya untuk mendapat tepuk tangan, Megawati mengingatkan bahwa ideologi bangsa ini harus dihidupi, bukan sekadar dipajang.
Bagi kader PDI Perjuangan, Pancasila harus menjadi kompas dalam membuat kebijakan apakah itu menyangkut ekonomi, pendidikan, atau hukum. Apakah kebijakan itu menghadirkan keadilan sosial? Apakah ia melindungi yang lemah? Kalau jawabannya tidak, maka kebijakan itu sesungguhnya jauh dari Pancasila.
- Disiplin Organisasi dan Ideologi
Perintah kedua adalah memperkuat disiplin organisasi, ideologi, teori, gerakan, dan tindakan. Sebuah partai tanpa disiplin ibarat kapal tanpa nahkoda mudah goyah, mudah karam. Megawati menekankan, partai tidak boleh hanya sibuk dengan pencitraan, tetapi harus kokoh secara ideologis.
Disiplin organisasi berarti kader taat pada aturan partai, bukan pada ambisi pribadi. Disiplin ideologi berarti setiap gerakan selalu berakar pada semangat kerakyatan. Sementara disiplin tindakan berarti setiap langkah kader harus nyata dirasakan rakyat, bukan hanya jargon kosong.
- Turun ke Rakyat, Dengarkan Aspirasinya
Perintah ketiga sangat menohok turun ke rakyat bukan untuk minta suara, tetapi untuk mendengar aspirasi dan memecahkan masalahnya.
Ini kritik sekaligus pengingat. Politik sering kali dipersempit menjadi rutinitas lima tahunan, di mana partai baru mendekati rakyat saat butuh suara. Megawati menolak cara pandang sempit itu. Ia menegaskan, partai harus hadir sepanjang waktu, tidak hanya saat kampanye.
Turun ke rakyat berarti kader mau masuk ke sawah, pasar, kampung, dan gang sempit. Bukan dengan janji, tapi dengan solusi. Di situlah partai membuktikan diri sebagai pelayan rakyat, bukan sekadar tamu musiman yang datang lalu menghilang.
- Lawan Penyalahgunaan Kekuasaan
Perintah keempat adalah melawan segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan dan pengkhianatan terhadap konstitusi.
Megawati mengingatkan, kekuasaan sejatinya adalah amanah. Ketika amanah itu diselewengkan, maka rusaklah sendi-sendi negara. Korupsi, kolusi, nepotisme, atau upaya melemahkan konstitusi adalah bentuk pengkhianatan terhadap rakyat.
Kader PDI Perjuangan dipanggil untuk berani berkata tidak. Bahkan jika pelakunya adalah kawan sendiri. Keberanian melawan penyalahgunaan kekuasaan inilah yang membedakan partai pejuang dari partai pedagang.
- Api Proklamasi Sebagai Semangat Abadi
Perintah kelima adalah menjadikan api proklamasi sebagai semangat perjuangan yang tak kunjung padam. Api proklamasi bukan hanya simbol kemerdekaan, tetapi energi moral yang mengingatkan bahwa Indonesia lahir dari penderitaan rakyat dan pengorbanan jiwa.
Megawati menegaskan, kader PDI Perjuangan harus menghidupkan semangat itu dalam kerja sehari-hari. Artinya, setiap perjuangan politik harus kembali pada cita-cita kemerdekaan: menyejahterakan rakyat, mencerdaskan bangsa, dan menjaga persatuan.
Relevansi di Era Politik Modern
Kelima perintah Megawati itu bukan sekadar jargon internal partai, melainkan panduan untuk menghadapi politik modern yang sering kali lebih sibuk pada pencitraan dibanding kerja nyata.
Ketika partai lain sibuk memainkan isu identitas, perintah Megawati menekankan substansi ideologi, disiplin, kedekatan dengan rakyat, keberanian melawan penyalahgunaan kekuasaan, dan menjaga semangat proklamasi. Inilah yang bisa membuat PDI Perjuangan tetap relevan dan dipercaya rakyat di tengah persaingan politik yang semakin ketat menuju Pemilu 2029.
Penutup: Warisan yang Hidup
Lima perintah ini adalah warisan hidup dari seorang pemimpin yang sudah kenyang pengalaman jatuh bangun. Megawati tahu betapa mudahnya partai tergelincir kalau hanya mengejar kursi. Karena itu, ia menegaskan bahwa PDI Perjuangan harus tetap setia pada jalan ideologi, bukan sekadar transaksi.
Bagi kader, lima perintah ini bukan hanya kata-kata, tapi kompas moral. Menjalankannya berarti menjaga martabat partai, sekaligus menjaga harapan rakyat kecil.
Karena pada akhirnya, politik bukan soal siapa yang duduk di kursi kekuasaan, tapi apakah rakyat bisa berdiri lebih tegak. Dan itulah makna terdalam dari lima perintah Megawati menjadikan partai pelopor yang setia pada rakyat, setia pada Pancasila, dan setia pada api perjuangan bangsa.
*Penulis adalah : Ketua DPD PDI Perjuangan Sulteng, Calon Advokat dan Petani Pemula Durian 214 Premium