
Ada berita yang membuat perut saya mual, bukan karena lapar, tapi karena prihatin. Kasus keracunan siswa akibat mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Sulawesi Tengah mulai mengkhawatirkan. Terbaru, sejumlah murid SD Inpres Boyaoge di Palu Barat dilarikan ke rumah sakit.
Ini bukan kejadian tunggal. Beberapa hari sebelumnya, puluhan murid SD Inpres Nurul Ikhlas di Palupi juga mengalami hal serupa. Lauk ayam dari program MBG tercium busuk, dan ada yang sampai berulat. Meskipun begitu, beberapa murid tetap memakannya, hingga akhirnya muntah-muntah.
Yang membuat saya terkejut, hal ini ternyata tidak hanya terjadi di Palu. Di Parigi Moutong, Tolitoli, dan yang paling miris, di Banggai Kepulauan, ratusan siswa SD, SMP, dan SMA juga harus dilarikan ke rumah sakit karena keracunan.
Mengapa ini bisa terjadi? Program MBG ini adalah program nasional dari Presiden Prabowo, sebuah ikhtiar besar untuk menyehatkan siswa demi terwujudnya Indonesia Emas. Sebuah niat mulia yang harusnya diimbangi dengan eksekusi yang sempurna.
Apakah ada indikasi korupsi? Bisa jadi. Untuk diketahui, program MBG mendapat alokasi anggaran hingga Rp355 triliun dalam RUU APBN 2026. Satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) bisa menyerap anggaran sekitar Rp900 juta hingga Rp1 miliar per bulan. Angka yang sangat fantastis. Dengan anggaran sebesar itu, bagaimana bisa kualitas makanannya malah buruk, basi, bahkan berulat? Ini tidak masuk akal.
Oleh karena itu, saya meminta pihak Kejaksaan, Kepolisian, dan KPK untuk segera memantau dan mengusut tuntas masalah ini. Ini bukan hanya soal anggaran, tapi juga tentang nyawa dan kesehatan anak-anak kita. Jangan sampai niat baik program ini justru ternoda oleh ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Makanan bergizi yang seharusnya menjadi penunjang masa depan, malah berubah menjadi racun.
Wallahu A’lam…
– Abdee Mari – Pemimpin Redaksi KabarSelebes.id –