“Teknologi Mengubah Dunia.”
Tulisan itu tertera di salah satu sudut jalan di kawasan PT IMIP. Saya membacanya tanpa sengaja ketika saya dan belasan jurnalis dari Jakarta dan Palu diajak berkeliling. Setelah melihat kawasan seluas 4.000 hektar di Desa Bahodopi, Morowali ini, saya harus akui, kalimat itu benar adanya. Tempat ini dijejali teknologi.
IMIP menggunakan teknologi canggih, seperti HPAL (High Pressure Acid Leach) untuk mengubah bijih nikel menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik. Mereka juga menggunakan Electrostatic Precipitator (ESP) dan wet scrubberuntuk mengendalikan emisi dari pembangkit listrik. Bahkan, limbahnya pun diolah—slag nikel diubah menjadi produk bernilai tambah. Ini semua adalah bagian dari sebuah industri hijau yang masif.
Ini kali ketiga saya berkunjung ke sini. Kali ini, saya diundang untuk merayakan HUT ke-12 IMIP dan menerima Anugerah Jurnalistik IMIP 2025—saya juara 2 untuk kategori media online lokal.
Ada satu hal yang menarik perhatian saya dalam kunjungan kali ini. Saya menjadi paham betul bahwa ini adalah kawasan industri, bukan kawasan pertambangan seperti yang sering dituduhkan orang. Saya jadi tahu, bagaimana nikel yang disebut “emas biru” itu mengubah dunia. Dan nikel paling besar itu berasal dari Sulawesi Tengah.
Ore—nikel dari perut bumi—disuplai dari berbagai daerah di Sulawesi. Ore ditampung, dipilah mana yang berkualitas tinggi dan mana yang rendah. Lalu, bijih nikel itu diolah melalui serangkaian proses teknologi tinggi: penghancuran, penggilingan, pemisahan, dan peleburan (smelting) pada suhu tinggi.
Dari proses itu, dihasilkan feronikel dan nikel matte. Kedua bahan inilah yang kemudian diolah lagi menjadi berbagai produk, seperti stainless steel dan, yang paling penting, baterai listrik.
Produk-produk olahan nikel inilah yang kemudian diekspor ke berbagai penjuru dunia—Eropa, Asia, Afrika. Baterai listrik itu nantinya akan digunakan untuk kendaraan listrik, ponsel, dan alat elektronik kita semua.
Ah, luar biasa. Dunia yang akan kita hadapi di masa depan, dunia yang digerakkan oleh teknologi listrik, ternyata sebagian besar energinya berasal dari perut bumi Sulawesi Tengah. Semua produk yang akan digunakan di seluruh dunia nantinya, berawal dari kawasan industri di sebuah desa kecil bernama Bahodopi, di Morowali.
Abdee Mari – Pemimpin Redaksi KabarSelebes.id